Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional Koneksi Materi
2.2.a.9 Koneksi Antar Materi Modul 2.2
Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional
2.2.a.9 Koneksi Antar Materi
Oleh :
Restu Resminda, S.Pd.I
CGP 064B KAB. GARUT
KOMPETENSI SOSIAL EMOSIONAL
Proses
pembelajaran anak tidak tergantung pada aspek inteligensi atau kemampuan
kognitif saja, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek lain seperti aspek
perkembangan emosi dan sosial. Aspek emosi dan sosial ini sangat berpengaruh
terhadap prilaku anak kepada dirinya, orang lain dan lingkungannya. Pada anak
usia SD aspek sosial emosi ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran sosial
emosional. Dimana pembelajaran sosial emosional adalah proses mengembangkan
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk memperoleh
kompetensi sosial dan emosional sebagai modal anak dalam berinteraksi dengan
dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar. Pembelajaran sosial emosional ini dapat
dijadikan sebagai awal dan dasar penanaman pendidikan karakter kepada anak usia
dini sehingga membentuk karakter anak yang mempunyai ciri karakter PROFIL
PELAJAR PANCASILA.
Kompetensi
sosial dan emosional adalah kemampuan untuk memahami, mengelola, dan
mengekspresikan aspek-aspek sosial dan emosional kehidupan seseorang, dengan
demikian seorang anak mampu meraih keberhasilan, melaksanakan tugas sehari-hari
seperti belajar, membentuk hubungan/ berinterkasi, memecahkan masalah kehidupan
sehari-hari, dan beradaptasi dengan tuntutan pertumbuhan dan perkembangan yang
kompleks. Ini mencakup kesadaran diri, kontrol impulsif, bekerja kooperatif,
dan peduli tentang diri sendiri dan orang lain. Ada empat kompetensi kunci
pengembangan dalam aspek sosial emosional anak; self-awareness,
self-management, social awareness, responsible decision making, dan
relationship management. Keempat kompetensi ini penting dikembangkan sejak usia
dini untuk membangun dan menanamkan keterampilan sosial anak. Karena dengan
mengembangkan keempat aspek sosial emosional anak tersebut akan berimplikasi
pada tertanamnya sifat-sifat baik/ karakter-karakter unggul pada diri anak
dalam dunia sosial. Konsep SEL ini awalnya dikemukakan oleh Daniel
Goleman (1985). Menurut Daniel, pembelajaran sosial emosional perlu diberikan
untuk kesuksesan anak terutama dalam mengembangkan pendidikan.
Menurut
CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning),
terdapat 5 kunci pengembangan SEL pada anak. 5 konsep Social Emotional Learning yaitu:
1. Kesadaran Diri (Self Awareness)
Self
awareness berkaitan dengan kemampuan untuk mengenali
diri secara akurat mengenai emosi, pikiran dan nilai atau value diri.
Seseorang yang memiliki kesadaran tinggi yang tinggi mampu mengenali
keterkaitan antara perasaan, tindakan dan pikiran yang dilakukan.
Apakah hanya itu saja? Tidak. Orang yang punya kesadaran diri
yang tinggi akan mampu menilai secara akurat kekuatan dan keterbatasan diri.
Alhasil, tingkat percaya dirinya, mindset, optimisnya sangat kuat.
Karena hal tersebut, kesadaran diri perlu ditanamkan sejak kecil untuk membantu
tumbuh kembang anak. Lantas, kemampuan apa saja yang
berkaitan dengan kesadaran diri? Setidaknya ada 5 kemampuan yang berkaitan
dengan kesadaran diri, yaitu:
· Mengidentifikasi emosi: seseorang harus
mengidentifikasi emosi yang dimiliki karena mosi ini berkaitan erat dengan
aktivitas yang dilakukan. Jika tak mampu mengidentifikasi diri dan
mengontrolnya, seseorang akan kesulitan untuk beraktivitas dan bersosialisasi.
· Self-perception yang
akurat karena pada dasarnya kesadaran diri berkaitan dengan diri sendiri. Anak
perlu mengenali bagaimana dirinya, apakah baik atau buruk. Dengan begitu, anak
akan paham dan mengerti dirinya sendiri dan mengontrol dirinya termasuk tingkah
lakunya.
· Mengenali keunggulannya karena masing-masing
anak memiliki keunggulan yang berbeda. Mengenali sisi plus dari
anak bisa membantu perkembangan sosial emosinya. Jadi, anak bisa fokus pada
keunggulan yang ada di dirinya dan bukan fokus kekurangan.
· Memiliki kepercayaan diri yang akan sangat
berpengaruh untuk kehidupan sosialnya. Misalnya berinteraksi dengan orang lain.
· Memiliki keyakinan diri untuk mencapai tujuan
dengan kemampuan yang dimiliki.
2. Manajemen Diri (Self Management)
Kompetensi
manajemen diri ini berkaitan mengenai kemampuan untuk mengatur emosi, pikiran,
perilaku di berbagai situasi. Kemampuan ini juga berkaitan dengan penanganan
stress, mengontrol hasrat, bertahan menghadapi tantangan untuk mencapai tujuan.
Ada 6 kemampuan yang berkaitan dengan manajemen diri, yaitu:
· Menahan hasrat atau nafsu yang berkaitan
dengan menunda perayaan atau kepuasaan diri sendiri. Kemampuan ini juga
berkaitan dengan unjuk gigi di saat yang tepat atau berfikir terlebih dahulu
sebelum bertindak. Dengan begitu, anak bisa tahu, kapan harus bertindak dan
kapan harus menahan diri.
· Manajemen stress untuk membantu anak bertahan
di kondisi tertentu, misalnya saat belajar, sehingga tujuannya tercapai.
· Mendisiplinkan diri dan dalam hal ini termasuk
mengontrol perasaan dan hasrat diri. Self-discipline juga bisa
dikatakan sebagai kemauan diri untuk menahan diri agar bisa fokus ke tujuan
yang sudah dibuat.
· Mengatur tujuan yang ingin dicapai. Dalam
mengatur goal perlu mempertimbangkan SMART untuk menyesuaikan
dengan kemampuan anak. SMART adalah singkatan dari specific,
measurable, attainable, realistic, timely.
· Memotivasi diri: anak butuh dorongan dari
dalam dirinya sendiri agar bisa bertindak untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Tanpa adanya motivasi diri, seseorang hanya bisa berjalan di tempat
dan tidak akan mengalami proses yang berarti.
·
Kemampuan berorganisasi yang akan bermanfaat
untuk mengatur informasi dan waktu. Dengan begitu, anak akan lebih
terorganisir, produktif dan memaksimalkan waktu serta menyaring informasi yang
relevan dengan tujuan.
3. Kesadaran Sosial (Social Awareness)
Kesadaran
sosial berkaitan dengan kemampuan untuk bisa berempati dengan orang lain dan
mengambil perspektif dari berbagai sudut pandang. Singkatnya, kemampuan ini
berkaitan erat dengan norma dan etika berperilaku terutama di kelompok misalnya
di masyarakat.
Kemampuan akan kesadaran sosial ini sangat membantu anak untuk
bisa memahami dan menghormati orang lain. Kemampuan ini tentu akan sangat
bermanfaat ketika anak dewasa dan menemui banyak orang dengan latar belakang
yang berbeda.
Bagaimana jika seseorang tidak punya social awareness?
Orang tersebut akan tumbuh dengan rasa benci, mudah menghakimi dan tidak bisa
berpikiran terbuka. Orang tersebut fokus pada dirinya sendiri dan masa bodoh
dengan apapun yang terjadi di sekitarnya.
Maka dari itu, sejak kecil anak perlu dibimbing dan dilatih
mengenai kesadaran sosial. Ada 4 kemampuan atau skill yang
perlu dimiliki, yaitu:
· Pengambilan atau melihat dari perspektif:
kemampuan ini berkaitan erat dengan pemahaman dari sudut pandang yang berbeda
di kondisi dan situasi tertentu. Anak perlu belajar untuk mencoba memahami
situasi yang berbeda untuk memahami kondisi sekitarnya.
· Empati berkaitan dengan memahami apa perasaan
orang lain karena seakan menempatkan diri di posisi orang tersebut.
· Mengapresiasi dan menghormati perbedaan yang
dimiliki antar individu. Jadi, anak Anda tidak membeda-bedakan orang
berdasarkan pada asalnya, bahasanya, kulit tubuhnya, kondisinya, jenis
kelaminnya, kepercayaannya terutama saat berteman.
· Menghormati orang lain dengan pikiran terbuka
dan tidak sembarangan melakukan penghakiman atas kondisi tertentu. Dalam
melatih anak, cobalah untuk memulai untuk mengajarkan pada anak untuk tidak
saling membenci. Anda juga bisa menunjukkan dengan tindakan bagaimana cara
menghormati dan berpikiran terbuka.
4. Kemampuan Berelasi (Relationship Skill)
Kemampuan
berelasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membangun dan
memelihara suatu hubungan yang sehat antar individu dan kelompok.
Dengan kata lain, kemampuan berelasi ini berkaitan erat dengan
kemampuan berkomunikasi seseorang.
Bayangkan, tanpa adanya komunikasi, apakah seseorang bisa
bersosialisasi dengan baik? Tidak.
Kemampuan berelasi ini akan sangat bermanfaat untuk anak ketika
bekerja sama dalam tim, baik tim kecil ataupun tim besar. Kemampuan berelasi ini juga berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk bertahan dari tekanan, meminta atau menawarkan bantuan ke orang lain.
Ada 6 kemampuan atau skill yang perlu dipahami dalam
kompetensi relationship skill, yaitu:
· Berkomunikasi dengan jelas: komunikasi yang
Anda tangkap mungkin berkaitan dengan berbicara atau menyampaikan pendapat.
Namun, komunikasi dalam hal ini juga berkaitan dengan memahami gesture atau
bahasa tubuh, ekspresi sehingga bisa meminimalisir kesalahpahaman.
· Mendengarkan dan meresponnya dengan baik.
Untuk menjadi pendengar yang baik, tentu kemampuan kontak mata, fokus, memahami
ekspresi muka dan memberikan jawaban diperlukan.
· Bekerja sama dengan yang lain untuk meraih
tujuan. Dalam kemampuan ini, sebagai individu, anak dituntut untuk beradaptasi
dan bekerja sama dengan yang lainnya. Dengan begitu, anak akan lebih
menghormati pendapat orang lain dan bekerja sama untuk keperluan tim.
· Tahan dari tekanan sosial dan kemampuan ini
sangat erat kaitannya dengan self management skill. Anak yang mampu
bertahan dari tekanan sosial dapat bertahan untuk tidak terlibat dengan sesuatu
yang berpotensi merusak diri.
· Perundingan masalah secara konstruktif yang
melibatkan pencapaian untuk saling memuaskan dan memenuhi kebutuhan dari semua
pihak. Dengan kata lain, skill ini berkaitan erat dengan musyawarah mufakat
untuk membuat dan menentukan solusi yang adil untuk semua pihak.
· Menawarkan dan mencari bantuan jika diperlukan
karena tidak semua orang mampu bertahan di kondisi yang berbeda-beda. Jadi,
perlu pemahaman yang baik untuk mengenali situasi dan apa yang
dibutuhkan/ditawarkan ke orang lain. Dengan begitu, aktivitas bisa berjalan
dengan baik dan mencapai tujuan.
5. Pembuatan Keputusan Bertanggung Jawab (Responsible
Decision Making)
Kemampuan
ini berkaitan dengan pembuatan pilihan konstruktif yang benar dan cara
bertindak sesuai etis, norma sosial dan keselamatan.
Namun pertanyaannya, bagaimana seseorang terutama anak tahu mana yang benar dan mana yang salah? Bagaimana pula memutuskan sesuatu dengan benar sesuai situasi dan kondisi?
Orang
dewasa secara alami mampu menilai dan membedakan mana yang benar dan mana yang
salah. Sedangkan untuk anak, Anda masih perlu memberitahu mana yang benar dan
mana yang salah.
Untuk
lebih jelasnya, ada 5 skill yang berkaitan erat dengan responsible
decision making yang perlu Anda tahu, yaitu:
· Mengidentifikasi masalah: apakah masalah yang
dihadapi tersebut mudah atau susah. Dalam pembelajaran, anak akan dihadapkan
dalam suatu masalah dan biarkan anak untuk bertindak sendiri. Lihat dan bimbing
apakah anak mampu mengidentifikasi masalahnya atau justru sebaliknya dan butuh
bantuan dari orang dewasa.
· Menganalisa situasi yang berkaitan erat dengan
mengidentifikasi masalah. Untuk menganalisa situasi, tentu anak Anda harus
melihat dari sudut pandang yang berbeda. Dengan begitu, anak Anda bisa
mengetahui masalahnya seperti apa dan cara mengatasinya.
· Mengatasi masalah yang dihadapi. Dalam hal
ini, anak harus tahu kemungkinan yang akan terjadi jika keputusan tersebut
diambil. Misalnya apakah akan merugikan salah satu pihak atau cukup adil untuk
semua pihak.
· Mempertimbangkan tanggung jawab dari keputusan
yang diambil. Dalam pembelajaran, anak perlu mempertimbangkan mengenai norma
yang berlaku.
· Evaluasi dan introspeksi diri sebagai bentuk
perubahan atas keputusan yang diambil. Anak perlu tahu apakah keputusan
tersebut tepat atau tidak dan kemudian mengevaluasi sehingga ada perbaikan di
masa depan.
Perlu
digarisbawahi, pembelajaran mengenai Social Emotional Learning tidak
hanya dilakukan di sekolah. Dalam lingkup yang lebih besar, keluarga, komunitas
dan lingkungan sekitar juga berperan serta dalam sosial emosional anak.
Dengan begitu, sosial emosional yang dimiliki anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Dimana sesuai dengan filosofis Ki Hajar Dewantara, dimana guru diibaratkan seorang petani dan murid adalah benihnya. Seorang petani tugasnya adalah merawat dan menjaga benih-benih itu, tentu saja benih yang tumbuh itu berbeda-beda dalam perkembangannya dan juga berbeda jenisnya. Misalkan untuk merawat benih jagung tentu saja akan berbeda dengan merawat benih padi. Seorang petani harus memberikan perawatannya sesuai dengan kebutuhan benih-benih yang berbeda tadi sampai semuanya berbuah.
Begitu juga kita sebagai guru harus bisa
menumbuhkan serta mengembangkan Kompetensi Sosial dan Emosional pada Siswa,
dimana sudah jelas bahwa Proses pembelajaran anak tidak tergantung pada aspek
inteligensi atau kemampuan kognitif saja, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek
lain seperti aspek perkembangan emosi dan sosial. Aspek emosi dan sosial ini
sangat berpengaruh terhadap prilaku anak kepada dirinya, orang lain dan
lingkungannya. Dengan diterapkannya Pembelajaran sosial emosional ini diharapkan
dapat menjadikan awal dan dasar penanaman pendidikan karakter kepada anak usia
dini sehingga membentuk karakter anak yang mempunyai ciri karakter PROFIL
PELAJAR PANCASILA.
Kita sadari betul bahwa untuk melakukan sebuah perubahan dibutuhkan
tekad dan upaya yang keras, konsisten, dan berkesinambungan serta kolaborasi
dengan semua pihak. Untuk itu seorang guru harus mempunyai sebuah visi yang
jelas, visi yang berpihak pada murid, visi yang terukur dan realistis sesuai
dengan kondisi dan lingkungan masing-masing. Belajarlah merubah dari hal yang paling kecil, kita terus bergerak
untuk melakukan perubahan karena sejatinya setiap guru adalah GURU
PENGGERAK.



Komentar
Posting Komentar