RANCANGAN AKSI NYATA
PGP-1-KABUPATEN GARUT - RESTU RESMINDA - 1.4 - AKSI NYATA.
NAMA :
RESTU RESMINDA, S.Pd.I
NO PESERTA :
201503488569
KELOMPOK :
064 B KAB. GARUT
PENDAMPING :
ETI DEWI SARTIKA, M.Pd
FASILITATOR :
SUPYANTO, M.Pd
1.Latar Belakang :
Untuk
mengejawantahkan pembentukan watak dan peradaban ini, bisa dilakukan dengan
cara menerapkan budaya positif di sekolah. Pengertian dalam wikipedia adalah
kata budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi; diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi,
dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari
bahasa Inggris yaitu culture dan bahasa Latin cultura. Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia budaya adalah pikiran; akal budi atau sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah.
Sedangkan
menurut Koentjoroningrat dalam Syamaun, kebudayaan adalah lingkungan yang
dihasilkan dari norma-norma dan nilai-nilai yang dipelihara oleh masyarakat
selanjutnya dijadikan pedoman dan berkembang dalam kehidupan masyarakat,
sehingga terbentuk menjadi satu sistem sosial.
Dalam
penerapan budaya positif ini guru harus mampu menjadi role model dan posisi
kontrolnya adalah sebagai manager yang lebih menekankan pada tumbuhnya
kesadaran dari dalam diri siswa, bukan lantaran berlakunya hukuman. Di samping
itu, untuk menerapkan budaya positif ini, guru tetap memperhatikan filosofis
pemikiran KHD, terutama menerapkan among dan pamong, yaitu mengayomi,
memfasilitasi, memotivasi dan berpihak pada anak. Selain itu, tetap
memperhatikan kodrat anak dan kodrat alam.
Sebagai
langkah awal untuk penerapan budaya positif, bisa dimulai dengan membuat
kesepakatan kelas. Dalam pelaksanaannya, kesepakatan kelas ini harus melibatkan
peserta didik.
Budaya
positif yang tumbuh di kelas ini, hendaknya ditularkan kepada semua warga
sekolah. Karenanya, seorang guru penggerak bisa berbagi praktik baik yang telah
diterapkannya ini dengan rekan sejawat dalam pertemuan di sekolah, tentunya
setelah terlebih dulu melakukan konsultasi dan koordinasi dengan kepala dan
wakil kepala sekolah. Dengan adanya berbagi praktik baik untuk penerapan budaya
positif ini, akan menciptakan sekolah yang teratur, nyaman, aman, serta
terjadinya pembelajaran menyenangkan yang menekankan untuk mengeksplorasi
hal-hal positif yang ada dalam diri peserta didik. Dengan demikian, visi
sekolah pun akan lebih mudah untuk diwujudkan. Yang secara bersamaan menghadapi
tahun ajaran baru , dimana tahun ajaran baru adalah awal yang baik dan
kesempatan yang tepat untuk memulai kebiasaan baik dan membangun kebiasaan baru
yang belum pernah / bisa dilakukan sebagai bagian dari refleksi bersama tahun
ajaran sebelumya. Kesepakatan adalah cara yang efektif untuk mencegah berbagai
masalah disiplin, termasuk disiplin dalam segala hal yang berkaitan dengan
proses interaksi di kelas, maka dari itu kesepakatan kelas perlu untuk
dilaksanakan dan juga perlu untuk diamati sejauh mana kesepakatan kelas yang
sudah disepakati di awal itu dapat dilaksanakan dan dipatuhi oleh seluruh unsur
yang terkait dalam pembuatan kesepakatan kelas tersebut.
Oleh
karena itu, aksi nyata dalam modul 1.4 guru penggerak adalah berbagi praktik
baik kepada rekan sejawat di sekolah untuk menerapkan kesepakatan kelas dalam
menumbuhkan budaya positif di sekolah.
2. Deskripsi Aksi Nyata
Sebagai
langkah awal untuk penerapan budaya positif, bisa dimulai dengan membuat
kesepakatan kelas. Dalam pelaksanaanya, kesepakatan kelas ini harus melibatkan
peserta didik. Penerapan kesepakatan kelas sebenarnya bukanlah hal yang baru.
Membuat kesepakatan kelas selalu dilakukan pada awal semester di kelas. Namun,
selama ini dalam penerapannya memang tidak melibatkan peserta didik secara
awal. Biasanya, pada awal semester, hanya menyampaikan aturan-aturan dan
hal-hal yang harus dilakukan oleh peserta didik. Selanjutnya, peserta didik diminta
mengikuti aturan tersebut. Jika tidak, ada konsekuensi berupa hukuman yang akan
diberikan.
Setelah
mendapatkan materi tentang penerapan budaya positif berupa langkah-langkah
penerapan kesepakatan kelas dari Program Pendidikan Guru Penggerak, penerapan
kesepakatan dilakukan secara berbeda seperti tahun-tahun sebelumnya dikarenakan
kondisi masih PJJ serta keadaan siswa yang sudah melaksanakan AKB semester 1
sehingga siswa belajar di rumah serta kondisi menunggu pembagian raport maka
kesepakatan kelas ini kita adakan via g meet yang diawali dengan pemberian
arahan dari w.a seperti misalnya menanyakan kabar terlebih dahulu, kemudian
membahas mengenai hasil dari AKB kemarin yang mereka kerjakan dan pemberian
motivasi untuk tetap semangat mengikuti runtutan pembelajaran PAI.
Kedua, beranjak dari topik tersebut saya mulai membuka sesi
diskusi pembelajaran apa yang diharapkan selanjutnya untuk dihadirkan di kelas
PAI dengan pertanyaan nya
"Bagaimana kalau kita
bersama-sama membuat kesepakatan kelas. Coba Berikan Ide dan sarannya anak-anak tentang apa yang kalian mau dari
pembelajaran PAI yang akan kita laksanakan bersama di semester ke-2 ini ?’.
Karena di sekolah
saya masih dilakukan pembelajaran secara daring diskusi kesepakatan saya
lakukan via g meet dimana mereka mulai mengungkapkan harapan serta
keinginan-keinginan mereka dalam proses pembelajaran PAI kedepan. Diperkuat
dengan keinginan serta harapan yang mereka tulis kembali via w.a sebagai bukti
bahwa kita melaksanakan keepakatan kelas. yang saya kirimkan linknya ke wa
group yang selanjutnya pembuatan kesepakatan kelas dilakukan dalam bentuk
obrolan (chat) di group w.a.
Langkah
selanjutnya untuk pembuatan kesepakatan kelas ini adalah bertanya dulu kepada
siswa tentang bentuk kelas impian mereka. Semua siswa menjawab secara antusias
pertanyaan yang diberikan. Jawaban yang mereka berikan antara lain, kelas yang
bersih, rapi, nyaman, indah dilihat, hijau, dan tentram. Setelah itu, siswa
kembali diberikan pertanyaan, bagaimana cara mewujudkan kelas yang bersih,
sehat, aman, nyaman, dan hijau? Siswa kembali menjawab antara lain dengan
menjaga kebersihan kelas, bekerja sama, tidak membuang sampah semabarangan
serta saling membantu dalam menjaga kebersihan kelas. Kemudian, siswa kembali
ditanyakan, bagaimana cara agar bisa mendapatkan hasil maksimal dalam proses
pembelajaran? Siswa menjawab dengan cara belajar dengan giat dan menyimak guru
saat menerangkan atau menjelaskan pelajaran.
Dari
jawaban yang diberikan siswa ini, guru mencoba merangkum menjadi poin-poin yang
akan diterapkan di kelas. Untuk membuat poin ini, guru menghindari kata negatif
atau menghindari penggunaan kata “tidak” dan “jangan”. Lalu, siswa kembali
ditanya, apakah poin-poin itu ada yang akan menambahkan atau mengubahnya, dari
ide siswa tersebut saya mengambil kesimpulan apa-apa saja yang mereka telah
sepakati, termasuk anak berjanji jika melanggar kesepakatan, anak yang
melanggar akan membuat tulisan catatan diri untuk mengingatkannya pada
kesalahannya. kesepakatan kelas tersebut dituliskan dalam bentuk poster
kesepakatan kelas yang kemuidian poster kesepakatan tersebut ditandatangani
oleh perwakilan dari kelas masing-masing. Poster yang telah ditandatangani di
share digrup kelas dan masing-masing siswa diwajibkan menyimpannya dan nanti
kita akan pasang poster tersebut di status w.a masing-masing ataupun setelah
diizinkan untuk belajar kembali di sekolah kita akan menempelnya di dalam kelas
sebagai bukti bahwa kita telah melakukan kesepakatan kelas yang harus kami
ikuti sesuai dengan yang sudah kami sepakati dari awal.
Setelah
semua proses ini, guru kemudian membuat poster kesepakatan kelas yang berisi
poin-poin: menjaga kebersihan kelas dengan membuang sampah pada tempatnya,
disiplin dan tepat waktu, belajar dengan giat dan melakukan yang terbaik,
saling membantu dan bekerja sama, serta menyimak pembelajaran dan mengerjakan
tugas yang diberikan. Lalu, poster yang telah selesai dibuat ini, kembali
dibagikan ke grup kelas dan meminta siswa menandatanganinya dalam bentuk
memberikan jempol dari poster yang sudah dibagikan.
Untuk
penerapan langsung kesepakatan ini, memang belum bisa dipantau tingkat
efektivitasnya. Hal ini disebabkan, ini masih berada di akhir semester ganjil
dan tidak ada lagi proses pembelajaran. Selain itu, karena bentuknya daring,
aplikasi langsung di kelas masih terkendala. Diharapkan, kesepakatan kelas ini akan
optimal digunakan ketika pembelajaran di semester genap. Dengan kesepakatan
kelas ini, budaya positif di kelas akan bisa membentuk karakter peserta didik.
Budaya
positif yang tumbuh di kelas ini, hendaknya ditularkan kepada semua warga
sekolah. Oleh karena itu, dilakukan kegiatan berbagi praktik baik dengan rekan
sejawat dalam pertemuan di sekolah. Sebelum pelaksanaan, dilakukan konsultasi
dan koordinasi dengan kepala dan wakil kepala sekolah.
Dalam kegiatan ini dibagikan seputar pengalaman membuat kesepakatan kelas meskipun saat ini masih pembelajaran secara daring melalui grup W.A. Diharapkan dengan adanya kesepakatan ini, mempermudah sekaligus melancarkan proses pembelajaran di kelas, terutama terkait pengumpulan tugas yang diberikan kepada peserta didik.
3. Hasil Aksi Nyata yang Dilakukan
Ketika
melakukan sosialisasi praktik baik tentang penerapan budaya positif, terutama
tentang penerapan kesepakatan kelas, terutama kepada guru yang mendapatkan
tugas tambahan sebagai sebagai wali kelas, beragam tanggapan datang dari rekan
sejawat. Tanggapan tersebut mulai dari yang meragukan tentang efektivitas
penerapan kesepakatan kelas untuk diterapkan di kelas, sampai ada beberapa
rekan sejawat akan mencoba menerapkan kesepakatan kelas di kelas yang mereka
ampu sebagai bagian dari penerapan budaya positif di sekolah. Pada praktiknya,
jika ada beberapa siswa yang melanggar, maka kesepakatan kelas ini kembali
dibagikan untuk mengingatkan peserta didik tersebut. Namun, ketika sudah
beberapa kali diingatkan masih ada yang tidak mematuhi, langsung dihubungi yang
bersangkutan. Akhirnya didapatkan bahwa siswa yang bersangkutan sedang
mengalami masalah dengan gawai yang digunakannya. Sedangkan yang lainnya
ketinggalan informasi bahwa di awal semester genap ini ada perubahan grup
belajar.
4.
Pembelajaran yang Didapatkan dari Pelaksanaan
Demikian juga untuk penanganan siswa yang melakukan pelangaran kesepakatan kelas selama pembelajaran daring. Masih banyak aspek yang menjadi pertimbangan guru dalam penerapannya, termasuk latar belakang ekonomi anak, kekuatan signal, kuota, dan sebagainya. Diharapkan kendala ini bisa diminimalisir ketika penerapan kesepakatan kelas ini dilakukan secara tatap muka.
5. Rencana
Perbaikan di Masa Mendatang
Sementara
itu, dalam pelaksanaan berbagi praktik baik dalam bentuk kesepakatan dengan
para rekan sejawat sebaiknya memikirkan waktu yang lebih baik dan membuat
jadwal yang lebih rinci. Dengan demikian, penjelasan tentang praktik baik
penerapan kesepakatan kelas ini mampu dipahami dan diterima oleh rekan sejawat
yang lain.
6.
Testimoni dari Rekan Guru dan Murid yang Terlibat dalam proses perubahan yang
anda lakukan.
Lebih
banyak mendukung aksi tersebut dan langsung diterapkan pada setiap
aktivitas sebagai pemberian contoh langsung. dan juga akan mulai diterapkan di
kelas sesuai dengan pembelajaran masing-masing.
Masukan
Murid
Selalu Antusias
mengikuti arahan yang diberikan oleh guru terbukti dengan adanya respons dari
murid sendiri mereka sangat antusias sekali
mengikuti kesepakatan kelas yang kami buat ini, terbukti mereka sangat antusias
dalam menyampaikan keinginan serta harapan mereka dalam pembelajaran PAI
kedepan. Mereka sangat percaya diri dalam mengungkapkan keinginannya, dan tidak
sabar ingin segera melaksanakan dari isi kesepakatan kelas yang kami buat
tersebut terbukti dengan tandatangan yang mereka bubuhkan sebagai bukti
kesepakatan kelas yang kami sepakati bersama, Berikut TTd perwsakilan siswa
sebagai betuk persetujuan atas kesepakatan kelas yang telah kami sepakati
bersama :























Komentar
Posting Komentar